Author : Viola Khairun Nisa (@phiolla)
Main Cast :
-Kim Young Ki (You)
-Oh Se Hoon
-Kim Jong In
Support Cast:
-Byun Baek Hyun
-Park Misa Ki
-Xi Lu Han
-Temukan sendiri yang lainnya
Length : Multi Chapter
Genre : Romance, School Life, Sad
Rating : PG-15+
#Happy Reading^^
Angin
kembali berhembus sangat kencang hingga dedaunan di sekitar sini
terjatuh mengenaiku. Ini seperti cerita di drama romantis yang pernah
aku lihat. Tapi sekarang ini benar benar nyata Jong In oppa menatapku
kembali kini kulihat wajahnya begitu memerah dan mungkin kini wajahku
pun ikut memerah. Dia kembali menciumku dengan lembut sangat lembut.
--Selanjutnya--
Sejak
hari itu Kai selalu bersamaku begitu juga dengan Sehun, aku pikir
sebelumnya kita akan sedikit menjauh tapi ini di luar dugaanku Sehun
tetap dekat denganku dan si Baekhyun tetap saja menggodaku setiap hari,
Luhan pun juga setiap hari datang ke kelasku untuk bertemu dengan Sehun,
karena Luhan ingin di goda dengannya.
Hari ini oppa kembali
menciumku di koridor sepi ini dalam posisi badanku bersandar ke dinding.
Tidak tau kenapa ia selalu membuatku terjebak ke dalam permainannya dan
aku suka dengan hal ini. Tapi seketika oppa menghentikan permainannya
itu.
"Maaf Young-ah.. Mulai hari ini kelihatannya aku tidak bisa
mengantarmu pulang, karena mulai hari ini aku ikut part time di sebuah
cafe di dekat sini" ucapnya menyesal.
"Tidak apa oppa" jawabku sambil tersenyum kepadanya.
Aku
kembali lingkarkan tanganku ke lehernya menekankan kepalanya untuk
melanjutkan lagi permainannya itu tadi. Saat pulang pun tiba oppa
langsung pergi ke tempat kerjanya yang tidak jauh dari sini. Seperti
biasa aku dan Misaki berpisah di depan gerbang, aku berjalan sendiri
tapi beberapa saat kulihat sosok yang kukenal berdiri tepat di sampingku
dia Sehun.
"Mengapa kau tidak bersama Jong In?" tanyanya kepadaku.
"Mulai hari ini oppa kerja part time" jawabku cepat.
Ia
hanya diam mendengarkan jawabanku barusan tapi aku lihat jawahnya
sedikit tersenyum kecil. Kami lanjutkan perjalan, Sehun mengantarku
hingga di depan rumahku.
"Makasih Sehunnie kau mau mengantarku hingga di depan rumah" ucapku sambil membungkukkan badanku.
"Tidak apa.. Apalagi rumahku dengan rumahmu tidak seberapa jauh" balasnya.
"Sampai bertemu besok" ucapnya sambil meninggalkanku.
Sejak
Jong In oppa ikut kerja part time kita hanya bertemu saat sekolah, itu
pun juga oppa suka tidur di kelas mungkin saja oppa kelelahan saat
bekerja tapi aku memaklumi dengan hal itu. Tapi aku masih bertanya tanya
mengapa oppa kerja paruh waktu padahal kedua orangnya itu termasuk
keluarga menengah ke atas dan kini setiap hari aku selalu pulang bersama
Sehun.
Kini tepat satu bulan aku dengan oppa jadian sampai
sekarang pun kita belum pernah berkencan bahkan aku sudah mengajaknya ke
acara festifal musin gugur tapi oppa bilang jika dia ada lembur saat
hari itu. Saat aku mengajak Misaki dia sedang ada acara upacara minum
teh dengan keluarganya yang kental dengan budaya Jepang, jadi terpaksa
aku pergi bersama Sehun karena aku benar benar ingin ke sana karena cuma
ada satu tahun sekali.
Pukul empat sore aku dan Sehun pergi
menuju festival di dekat bukit. Aku dan Sehun bersenang senang hingga
aku lupa dengan yang aku pikirkan tadi. Sehun menarikku dari keramaian
pengunjung mengajakku pergi menjauh.
"Kita mau kemana?" tanyaku.
"Ikut saja denganku" jawabnya yang masih menarikku.
Kita
berhenti di suatu tepat di kuil di atas bukit, disana begitu sepi tidak
ada seorang pun di sana hanya ada kami berdua, kuil itu tidak seberapa
jauh dari festival itu.
"Mau apa kita di sini" tanyaku lagi.
"Tunggu saja sebentar lagi" jawabnya sambil menatap langit.
*DUARR!!.. DUARR!..*
"Ada kembang api!" ucapku kegirangan.
Itu
sungguh indah, aku sekarang tau apa alasan Sehunnie mengajakku ke sini
bisa melihat kembang api dengan jelas dari atas ini. Aku merasa sangat
senang hari ini. Beberapa saat aku menikmati kembang api udara berhembus
lagi dengan kencang aku peluk tubuhku sendiri untuk tidak terlalu ke
dinginan bagaimana tidak aku hanya memakai kaos lengan panjang. Sehun
langsung mengetehui jika aku sedang kedinginan Sehunnie langsung
melepaskan jaketnya dan mengenakannya ke tubuhku, aku hanya menatapnya.
"Pakailah saja, kau pasti kedinginan" suruhnya kepadaku.
"Tidak usah Sehunnie" tolakku.
"Aku tidak mau kamu sakit karena udara dingin ini begini saja" ucapnya.
Aku
rasakan panas tubuhnya di jaket ini dan pundaknya yang begitu besar
hingga aku benar benar kebesaran. Sehunnie merangkulku dari samping
mencoba menghangatkanku yang memang aku sedang kedinginan. Waktu
berjalan dengan cepat kini hari sudah larut malam kami memutuskan untuk
pulang. Sehunnie tetap memelukku, tidak terasa kami sudah ada tepat di
depan rumahku.
"Terimakasih Sehunnie telah menemaniku berjalan jalan" ucapku.
"Iya tidak apa apa" jawabnya.
"Aku akan kembalikan jaketmu, setelah aku cuci dulu" ucapku.
"Tidak usah kamu cuci kembalikan saja besok" jawabnya.
"Tidak apa" tawarku paksa.
Sehunnie
memelukku tiba tiba tapi aku tidak melawan, kini kurasakan kembali
kehangatannya yang dulu sempat menghilang. Suhu badan kami menyatu
menjadi satu hingga kurasakan seluruh tubuhnya mengalirkan kehangat
hingga ke seluruh tubuhku. Sehunnie melepaskan pelukannya dan menatapku
sayu. Satu kecupan lembut mendarat di pipi kananku yang membuatku
terkejut, itu seperti kecupan selamat tinggal yang begitu lembut
darinya.
Yang sekarang sudah meninggalkanku dan aku menatap
punggungnya yang kini sudah tidak terlihat. Sebelum aku memasuki rumah
aku berhenti sebentar melihat ke arah rumah Jong In oppa kulihat
kamarnya yang masih gelap aku rasa dia belum pulang. Lalu masuk ke dalam
rumah dan beristirahat karena lelah berjalan jalan dari tadi.
-Ke esokkan harinya-
Pagi
ini Jong In oppa tidak menjemputku dan akhirnya aku pergi sekolah
dengan Sehun. Saat aku sudah sampai sekolah dan menunggu kedatangan Jong
In oppa yang belum kunjung datang, aku merasa gelisah dengan perasaanku
ini apa yang sebenarnya terjadi. Satu hari , dua hari , tiga hari ,
kulihat bangkunya yang kosong, aku sudah mencoba menghubunginya tapi
teleponnya tidak aktif dan aku lihat rumahnya begitu sepi. BRUKK!! Suara
pintu kelasku terbanting sangat keras aku kira ini perbuatan Luhan tapi
ini tidak, kulihat Baekhyun yang membuka pintunya kasar. Aku lihat
Baekhyun dia seperti kerasukan sesuatu secara tiba tiba, Baekhyun
menghampiriku cepat.
"Young-ah!! Apakah kau tau?!" ucapnya terburu buru.
"Apa ada apa Baekhyun?!" tanyaku bingung.
"Kau tau Kai tidak masuk sekolah!? karena sekarang dia sedang sakit dan kini ada rumah sakit!" ucapnya serius.
"Apa katamu?!" jawabku terkejut.
Tanpa
aku perpikir panjang aku langsung pergi menuju rumah sakit yang telah
di katakan Baekhyun. Sehun mengantarku ke rumah sakit, hati benar benar
gelisah saat aku selesai pulang dari festival hari minggu kemarin. Aku
tanya kepada perawat menanyakan di mana ruangan yang di tempati oleh
Jong In oppa.
Setelah aku tau di mana di rawat. Aku naik ke
lantai empat menyusuri satu persatu nomor ruangan. 496 nomor ruangan
yang kucari. Aku menarik nafas dalam mengetuk pintu pelan dan kulihat
eommanya yang membukakan pintunya dan menyuruhku masuk. Aku lihat Jong
In oppa tertidur lemas kulihat mukanya yang pucat, tangan kirinya yang
di infus. Aku helus pipinya yang dingin seketika oppa terbangun aku
menatap wajahnya kini air mataku tidak dapat terbendung lagi, kini air
mataku mengalir begitu saja.
"Young-ah... Jangan menangis. Jangan menagis karena keadaanku sekarang" ucapnya ke sakitan.
Aku langsung menghapus air mataku yang sudah membasahi kedua pipiku ini. Aku memegang tangan kanan oppa.
"Oppa
harus cepat sembuh. Aku tidak mau oppa sakit terlalu lama, aku tidak
mau di tinggalkan oleh oppa ke dua kalinya. Oppa sudah berjanji
denganku" ucapku dengan suara lirih.
"Aku berjanji Young-ah aku tidak akan ke mana mana lagi, aku akan selalu bersamamu. Aku berjanji" ucapnya.
Hanya
beberapa saat dokter dan suster datang untuk mengecek kesehatan oppa.
Aku dan Sehun pun di suruh keluar. Hanya beberapa saat menunggu dokter
keluar dengan wajah kecewa.
"Bagaimana dokter, bagaimana ke adaannya" tanyaku ingin tau.
"Kesehatannya
menurun. Dia harus segara mengikuti operasi ginjal, ginjal kirinya
sudah bocor dan ginjal kanannya sudah tidak ada. Kami tidak ada
persedian ginjal yang sama dengannya. Kami harus secepatnya membutuhkan
donor ginjal yang sama karena kedua orang tua dari pasien ginjalnya
tidak ada yang sama." ucap dokter.
"Aku! Biarkan ginjalku ku donorkan untuknya!" ucap Sehun.
"Tidak
semua ginjal dapat di donorkan. Jika kau ingin mendonorkannya kau harus
di periksa terlebih dahulu" ucap dokter menjelaskan.
"Aku siap" jawab Sehun benar benar yakin.
Sekarang
Sehun mengikuti pemeriksaan untuk di lihat jika ginjal bisa di donorkan
ke Jong In opa. Aku menunggu Sehun sambil merawat Jong In oppa. Aku
hanya berdua dengan oppa, kedua orang tuanya sedang mengurus bebera
administrasi untuk operasi besok pagi. Aku harus bisa membuat oppa makan
karena oppa selalu menolak saat di beri makan dan langsung
memuntahkannya.
"Makanlah oppa. Oppa harus makan agar oppa bisa cepat sembuh" ranyuku.
Oppa
hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Aku langsung merengkuh
pipi oppa, oppa pun membuka mulutnya sebentar, membuat celah agar aku
bisa memasukkan makanan. Tapi oppa makin terkejut saat aku menyuapinya
dengan mulutku. Bahkan aku memainkan lidahnya di dalam rongga mulut
oppa, hingga akhirnya mendorong makanan itu masuk ke kerongkongan.
Oppa
seketika membulatkan matanya tak percaya. Oppa tak berusaha melawan,
ketika aku menyuapinya lagi dengan cara yang sama. Perlahan, oppa
mendorongkan kepalaku semakin erat ke arahnya. Oppa pun dengan leluasa
memainkan lidahku. Aku hanya membalasnya, tanpa protes sedikit pun dan
memberikannya makanan dengan cara yang sama hingga makanan sudah habis.
Oppa langsung tertidur pulas setelah kita melakukan adegan cukup panas,
aku langsung keluar menunggu Sehun selesai pemeriksaan. Tak lama Sehun
selesai dari pemeriksaan. Saat aku melihat Sehun dan dokter keluar aku
langsung menghampirinya.
"Dokter bagaimana dengan ginjal apakah cocok untuk di donorkan" tanyaku.
"Iya ginjal sama dengan pasien dan besok kita bisa langsung melakukan operasi" ucap dokter.
Aku
merasa sangat senang saat dokter menyatakan kalau ginjal Sehun sama
dengan ginjalnya oppa dan besok pagi bisa langsung melakukan operasi.
Aku tersenyum ke Sehun dan Sehun pun membalas senyumaku. Aku dan Sehun
langsung kembali ke kamar oppa. Oppa sekarang tertidur dengan sangat
pulas. Aku duduk di samping kasurnya dan Sehun duduk di sofa hingga
kepalaku tertidur di kasur.
-Ke esokkan harinya-
Jam
tepat menunjukkan pukul 9 pagi satu jam lagi oppa akan operasi. Sehun
sudah siap jika ginjalnya itu akan di berikan ke oppa. Sekarang jam 10
tepat operasinya di mulai. Mereka sudah masuk ke dalam ruang operasi aku
menunggu di ruang tunggu bersama umma dan appa Jong In oppa. Sudah 6
jam berlalu aku belum melihat dokter keluar dari ruang operasi hatiku
benar benar gelisah. Aku lihat sosok wanita yang ku kenali dia Misaki
dia datang kesini. Dia duduk di sampingku. Tanpa sadar air mataku keluar
begitu saja.
"Sudahlah Young-ah... Jong In akan sembuh, apalagi dia sudah berjanji padamukan.." hibur Misaki.
Aku
mengangguk sambil menghapus air mataku yang sedari tadi membasahi ke
dua pipiku. Sekarang sudah 8 jam menunggu di depan ruang operasi yang
belum kunjung terbuka tapi aku semakin terjut saat dokter sudah keluar
dari ruangan itu. Aku lihat raut wajah dari dokter yang terlihat lesu,
aku tidak mau ada kabar buruk dari Jong In. Seketika aku sedikit belari
menuju ke dokter.
"Bagaimana ke adaannya? Operasinya berhasil kan? Tanyaku terburu buru.
"Tenanglah.
Tadi ada beberapa kendala saat berlangsungnya operasi, tapi kami dapat
menyelesaikannya dengan cepat. Ini sungguh anugrah Tuhan operasinya
berhasil kini pasien sedang istirahat, saya ingin orang yang
bersangkutan untuk tidak mengganggunya" ucap dokter.
Sekarang
senyuman senang menghiasi wajahku. Aku langsung memasuki ruangan itu
melihat Jong In oppa sedang tertidur. Aku mengelus wajahnya yang dingin
itu dan kulihat kasur Sehun berada di dekat oppa yang berada di
sampingnya. Sehun tersenyum kepadaku jika dia tidak apa apa. Kulihat
kelopak mata oppa yang mau terbuka sayu melihatku.
"Young-ah" panggilnya.
"Iya oppa. Aku ada di sini" jawabku.
Aku
tak berhenti menangis, tanganku terus menggenggam tangan oppa yang kini
ia rasa semakin kurus. Matanya tak lepas dari wajahnya yang sudah
sangat terlihat kurus. Oppa meraih wajahku lalu menghapus air mata di
pipiku.
"Oppa aku ingin pulang dulu, aku ingin mandi dari kemarin aku belum pulang" izinku.
"Pantas saja dari tadi aku mencium bau bau aneh. Cepatlah pulang jangan sampai membuatku pingsan karena bau badanmu" canda oppa.
"Oppa masih bisa bisanya bercanda dalam keadaan seperti ini" ucapku
"Sehun-ssi. Bisakah aku memintamu mengantar Young-ah pulang? Baunya mengganggu pernafasanku" canda oppa lagi.
Sehun
hanya menganggukkan kepalanya dan badannya yang sekarang memang sudah
normal. Sebelum meninggalkannya lalu aku kecup bibirnya sebentar dan
segera pergi dengan Sehun. Oppa terdiam sebentar, lalu cepat menundukkan
kepalanya tersipu malu saat aku menciumnya.
Saat aku sudah
selesai dengan urusanku, aku kembali ke rumah sakit sambil membawa
permen karamel rasa jeruk kesukaannya pasti oppa akan senang. Aku
melihat orang tua Jong In menangis, aku langsung bertanya tanya ada apa
dengan Jong In? Aku langsung berlari masuk kedalam ruangannya tapi yang
kulihat hanya ada kasur kosong tidak ada sosok oppa di sana.
"Di MANA?! DI MANA OPPA SEKARANG?!" tanyaku gelisah.
"Jong In sudah pergi, dia tidak ada di sini lagi selamanya" jawab Misaki.
"Oppa
pergi?! Aku tidak percaya. Oppa sudah berjanji denganku oppa tidak akan
pergi lagi dan tetap bersamaku" rontaku yang hampir gila.
Aku
terdiam menyakini bahwa oppa sudah tiada lagi. Aku sudah tahu hal ini
pasti akan terjadi. Sekarang entahlah, aku sangat lelah, kepalaku terasa
lebih berat, lalu aku mencoba untuk menutup mataku sejenak.
-Ke esokkan harinya-
Hari
ini hari pertama musim dingin aku dan oppa suka tapi tidak untuk hari
ini hari pemakaman oppa. Banyak keluarganya datang aku datang bersama
Sehun, Misaki, Baekhyun , Luhan dan beberapa teman dekatnya, semua yang
datang merasa terpukul atas kepergian oppa yang terlalu muda ini. Aku
mencoba menahan tangisanku berusaha merelakan oppa kembali kepada-Nya
yang mungkin aku benar benar ingin menangis. Terakhir kulihat badannya
yang sudah terbujur kaku dan wajahnya pucat. Aku kembali teringat saat
oppa selalu tersenyum kepadaku, mengerjaiku, memberikanku ciuman yang
panas, bahkan membuatku menangis. Mulai sekarang aku tidak bisa
melihatnya lagi. Aku tidak dapat melihat terlalu lama itu dapat
membuatku semakin menderita. Pemakaman pun selesai orang orang yang
memenuhi ruangan ini kini pulang satu persatu. Aku masih terdiam duduk
di sofa ruang tamu rumah Mr.Kim , aku masih melamun masih tidak
mempercayai kepergian oppa. Sehun duduk di sebelahku memberikan sesuatu
kepadaku, amplop warna coklat.
"Apa ini?" tanyaku.
"Bacalah.
Ini surat peninggalan dari Jong In sebelum melakukan operasi dia
memberikan kepadaku dan bilang kepadaku. "Jika operasi berhasil bakarlah
surat ini jika operasiku gagal dan aku tidak ada di sini berikan kepada
Young-ah" saat operasi berhasil aku mau membakar surat ini, tapi
sekarang Jong In telah tiada sekarang aku ingin memberikannya kepadamu"
ucap Sehun serius.
Aku segera mangambil surat itu dari tangan
Sehun, kulihat tertulis namaku "Kim Young Ki" ini memang untukku, aku
membuka berlahan menarik kertas dari dalam lalu mulai membacanya.
--
Hai Young-ah^^
Aku
ingin kamu tidak menangis karena suratku ini dan mungkin saat kamu
membaca surat ini aku sudah tiada, sebelumnya aku ingin meminta maaf
kepadamu karena sudah kedua kalinya aku meninggalkanmu lagi dan kali ini
aku meninggalkanmu untuk selamanya. Maaf aku tidak dapat menepati
janjiku yang akan selalu di sisimu. Maafkan aku sudah mengikari janjiku
sendiri dan sekarang aku lebih dulu meninggalkanmu tidak untuk sementara
bahkan untuk selamannya. Maafkan aku juga setelah satu minggu kita
jadian kita jarang bertemu dan jarang berkomunikasi.
Tepat saat
satu bulan kita jadian aku tidak dapat menemuimu dan kamu harus pergi
bersama Sehun. Saat aku sudah pulang dari kerja sampinganku aku ingin
merayakan hari jadian kita dan ingin memberikan sesuatu kepadamu. Tapi
niatku sudah terkurung saat aku lihat kau kembali dari festival bersama
Sehun dan saat itu Sehun memelukmu. Aku lihat kau merasa nyaman
bersamanya, sempat aku berpikir kalau aku ini tidak pantas untukmu, aku
selalu membuatmu menangis. Dan aku minta maaf karena sikapku yang selalu
egois. Aku sudah rela jika kamu kembali bersama Sehun aku sangat
senang. Sehun itu pria yang cocok bersanding bersamamu.
Walaupun
aku sudah tidak ada di dunia ini, aku bisa katakan bahwa aku merasa
beruntung bertemu denganmu dan sekarang pun aku merasa sangat bahagia.
Apa Young-ah bahagia? Aku sangat bahagia. Namun terkadang perjalan
begitu kejam namun juga begitu lemah lembut. Saat kau ingin menangis kau
harus menangis janganlah kau tertawa karena ini semakin membuatmu
tersakiti dan akhirnya hanya tersisah kesedihan. Mungkin ini sudah cukup
aku tulis dengan jelas dari semua yang belum ku kakatakan kepadamu.
Selamat tinggal Kim Young Ki, aku akan selalu ada di hatimu.
Terimakasih. :')
--
Tanpa sadar air mataku telah menetes
dari tadi. Sehun memelukku mencoba menenangkanku. Sehun mendorongku
pelan menatapku lembut, kurasa kini tangan kanannya sedang mengeluarkan
seuatu dari kantong celananya. Kotak kecil warna merah hati,
memberikannya kepadaku.
"Ini yang ingin dia berikan kepadamu sebelum dia meninggal" ucapnya.
Aku
langsung mengambilnya dan membukanya. Kulihat kalung berbentuk kristal
membentuk tetesan air yang berkilau. Sampai kuingat oppa kerja paruh
waktu untuk mebelikanku ini. Air mata kembali menetes tapi ini bukan air
mata kesedihan tapi air mata kebahagiaan. Kini senyum kecil kembali
menghiasi wajahku.
--Tujuh tahun kemudian--
Kini angin
begitu sangat kencang daun daun berjatuhan. Baju dress putih di atas
lutut yang ku kenakan sekarang dan Sehun menggunakan kemeja putih dengan
jas hitam rapi. Hari ini aku dan Sehun datang kepemakaman Jong In oppa.
Kutaruh mawar putih.
"Oppa.. Aku sekarang sudah bersanding
dengan Sehun seperti oppa katakan. Apa oppa senang di sana? Aku sekarang
sangat senang" ucapku sambil memandangi batu lisan.
Angin
berhembus kembali tapi ini sangatlah sejuk mungkin oppa senang di sana
melihatku dengan Sehun. Aku berlahan meninggalkan tempat itu, tangan
Sehun menuntunku kembali ke mobilnya yang terpakir tidak jauh dari sini.
Aku duduk bersebelahan dengan Sehun tepatnya di kursi penumpang. Sehun
menjalankan mobilnya. Aku memandang ke luar cendela sambil mengeluarkan
sesuatu dari balik kerah bajuku, aku mengamati setiap detail kalung yang
oppa berikan kepadaku sebelum oppa meninggalkanku. Aku tatap kalung
itu, ku genggam kalung itu erat, ku pejamkan mataku menghirup banyak
oksigen, kurasakan setiap angin yang behembus, membuat rambutku yang
terurai terhempas oleh aingin.
"Terimakasih oppa" ucapku tersenyum.
Beberapa
tahun lagi berapa bulan lagi bahkan saat ini pun, karena ku harap dapat
melewati setiap detinya sebaik mungkin. Walaupun setiap orang mempunyai
luka yang tak akan hilang, pasti akan ada jari jari untuk
menyembuhkannya. Janganlah kau tertawa karena ini semakin membuatmu
tersakiti dan akhirnya hanya tersisah kesedihan. Jangalah melepaskan
sesuatu yang berharga karena itu tidak akan kembali lagi.
--END--
Akhirnya
selesai juga FFnya :) Aku harap kalian menyukainya. Aku ucapkan
terimakasih kepada temanku yang selalu mendukungku dan para pembaca yang
mau membaca FFku ini. Terimakasih *pergi sama Sehun* . Bye~ ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar